Madani-News.com – Mark Smulders, Kepala Perwakilan Food and Agriculture Organization (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste menyatakan, Indonesia membuang 13 juta metrik ton makanan secara sia-sia setiap tahun. Jumlah tersebut dapat memberi makan 11 persen penduduk miskin Indonesia.
Studi data tahun 2016 yang dilakukan oleh gabungan beberapa lembaga global tersebut menunjukkan pula, rata-rata setiap orang Indonesia membuang makanan hingga 300 kilogram per tahun.
Menurut Mark, hotel, restoran, katering, supermarket, gerai ritel, dan perilaku masyarakat yang tak menghabiskan makanan merupakan kontributor terbesar pembuang-bungan makanan. Baik dari proses produksi, distribusi, dan konsumsi.
Di negara berkembang ini diakibatkan karena keterbatasan teknis, manajerial, dan dana. Saat panen dan pemrosesan, banyak sekali pangan yang terbuang. Sedangkan di negara maju pembuangan terjadi di tingkat retail dan konsumen.
Studi yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Udayana bernama Lia Rinikah memperkuat kenyataan tersebut. Dikutip dari Mongabay, dari 443 responden yang diteliti di Kota Denpasar dan Badung setengahnya tidak menghabiskan makanan.
Alasan mereka tak menghabiskan karena rasa makanan tak sesuai selera, mengambil kebanyakan, sedang diet, dan sudah kenyang. Jenis makanan yang paling banyak disisakan berupa nasi, sayur, dan lalapan.
Tempat makan para responden yang memiliki usia 16-40 tahun tersebut berada di rumah, restoran, dan kantin. Kata Lia, solusi paling mudah dilakukan untuk mengurangi pembuangan makanan ini adalah dengan makan secukupnya dan makan hingga habis.
Beberapa alasan tersebut sama dengan hasil riset yang dilakukan oleh Tirto terkait pola konsumsi generasi milenial. Riset yang dilakukan secara acak kepada 30 responden usia 16-18 tahun di Jakarta tersebut menunjukkan, 3 persen mengaku tidak menghabiskan makanan karena kenyang.
43 persen membuang makanan jika tidak bisa dihabiskan dan 17 persen memberikan makanan ke teman/keluarga yang ikut makan bersama. Sementara 10 persen membawa pulang sisa makanan jika makanan itu dia suka.
Makanan adalah sumber daya bersama
Sampah makanan ternyata berpengaruh pada perubahan iklim. Ini disebabkan karena gas metan yang dihasilkan ke atmosfer. Diperkirakan, dari 1 ton sampah organik akan menghasilkan 50 kilogram gas metan.
Gas metan sendiri merupakan gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dibanding dengan karbon dioksida. Terlalu banyak gas metan akan membuat atmosfer rusak, kecuali jika dapat diolah menjadi biogas sebagai energi terbarukan.
Di negara Jerman, ketika masyarakatnya menyisakan makanan di restoran akan dikenakan denda sebesar Euro 50 atau sekitar Rp 750 ribu. Meski benar uang yang dipakai untuk membeli makanan adalah uang sendiri, tapi sumber daya adalah milik bersama.
Seperti ucapan seorang Sekuritas Sosial Jerman pada turis yang menyisakan makanannya di restoran: “Pesan hanya yang sanggup Anda makan, uang itu milikmu tapi sumber daya alam ini milik bersama. Ada banyak orang lain di dunia yang kekurangan. Kalian tidak punya alasan untuk menyia-nyiakan Sumber Daya Alam tersebut.” (Red/Dbs/Whd)