PBNU dan Kemenkeu RI Terus Bersinergi Terkait Kerjasama

Madani-News.com – Jakarta – Berita kunjungan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani beserta rombongan ke PBNU di website resmi PBNU, nu.or.id, beredar luas di kalangan nahdliyin. Sampai Kamis (23/1/2020) pagi, berita bertajuk: Komunikasi Sempat Macet, Menkeu Sri Mulyani Kunjungi PBNU, itu menjadi topik bahasan warga NU.

“Apakah ini pertanda duit pinjaman bunga murah sebesar Rp1,5 triliun itu, bakal cair?” demikian pertanyaan salah seorang nahdliyin, dengan mengaitkan kunjungan yang berlangsung Rabu (22/1) itu, dengan protes keras Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj terkait Memorandum of Understanding (MoU) antara Menkeu dengan PBNU beberapa waktu lalu.

Entah! Yang jelas, dalam berita nu.or.id, Kiai Said Aqil Siroj menyebutkan bahwa kunjungan Menteri Sri Mulyani ini, memang ditunggu-tunggu. Ini mengingat adanya kemacetan komunikasi antara dua lembaga, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan PBNU.

“Ini yang kita tunggu-tunggu sudah agak lama karena sementara ada vakum, macet, seakan-akan hilang komunikasi,” katanya.

Masih dalam berita nu.or.id, dengan pertemuan tersebut sudah kembali menyambungkan komunikasi yang sempat terputus dengan satu frekuensi komitmen dan niat bersama untuk peduli terhadap kehidupan masyarakat kecil yang berada di bawah garis kemiskinan.

“Sekarang alhamdulillah sudah nyambung lagi dan sama-sama punya komitmen punya niat peduli dengan masyarakat kecil,” lanjut Kiai Said.

Hal itu, tambahnya, dilakukan dengan niat yang sungguh-sungguh untuk memperhatikan masyarakat yang berada di garis kemiskinan yang di antaranya merupakan warga Nahdliyin.

“Semuanya kita lakukan demi niat sungguh-sungguh memerhatikan rakyat kecil, fuqara masakin yang tersebar di daerah, mayoritas warga NU, warga nahdliyin,” tegas Kiai Said.

Prediksi warga NU tidak salah. Bahwa, kunjungan Sri Mulyani ini bakal ‘mengurai’ kembali komitmen menggelontorkan pinjaman dengan bunga murah. Bahkan Menkeu Sri Mulyani berjanji akan menambah jumlah yang digelontorkan untuk program tersebut.

Ini juga disampaikan Kiai Said. “Kita sempurnakan. Kita bentuk tim dengan Kemenkeu. Langsung start. Insyaallah dengan bunga yang masuk akal. Betul-betul dijiwai dengan keberpihakan kepada rakyat kecil,” terang Kiai Said.

Sri Mulyani menyampaikan rasa terima kasihnya atas berbagai sumbangsih masukan yang diberikan oleh PBNU kepada Kemenkeu demi berjalannya program ultra mikro tersebut. “Saya dengan Pak Kiai dan seluruh jajaran, terima kasih atas masukan termasuk perbaikan terhadap program ultra mikro,” katanya.

Ultra mikro, jelasnya, ditujukan bagi seluruh umat dan untuk berbagai organisasi, termasuk NU sebagai salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia untuk bisa mendapatkan manfaat dengan biaya serendah mungkin. “Kami akan terus melakukan koordinasi di dalam pengaturannya sehingga manfaat itu bisa dirasakan,” pungkasnya.
Komentar warga NU terhadap isi pertemuan itu, ramai di media sosial. Banyak yang mengingatkan agar PBNU tidak membangun ’kerajaan’ utang, meski dengan alasan bunga murah dan untuk pemberdayaan wong cilik.

“Menurut saya, ini kesalahan berpikir kita. Terutama dalam mengurai problem kesejahteraan umat yang harus bertumpu pada utang. Padahal, utang meski dengan bunga murah itu, jelas tidak bisa menyelesaikan masalah,” demikian tulis warganet.

Menurutnya, sistem perbankan, adalah jebakan maut. Bukan mengentas, justru menenggelamkan. Mestinya, PBNU tidak berangkat dari utang berbunga, walau pun itu lunak. “Mengapa kita tidak gali kedahsyatan zakat sebagai solusi kesejahteraan umat. Ini sudah jelas disebut dalam Alquran,” tambahnya.

Nahdliyin lainnya, mengingatkan, bahwa, jebloknya keuangan negara, karena terjebak utang luar negeri. Di mana pun, pemilik duit, rentenir, pasti sibuk mencari nasabah, mereka penggemar utang. “Karena itu, jangan heran kalau menteri keuangan kita, Sri Mulyani, dinobatkan sebagai menteri terbaik. Karena gemar utang,” tulisnya.

Ia setuju jika umat Islam, khususnya PBNU menggali kehebatan zakat. Potensi ini harus digerakkan. Karena, selama ini, diakui atau tidak, potensi umat Islam sedang terjun bebas. “Bagaimana kalau kita bentuk Badan Penggerak Rukun Islam. Ini serius,” tulis yang lain.

Dengan demikian, kunjungan Sri Mulyani ke PBNU, dinilai bukan sebuah solusi, justru problem baru yang akan melilit warga NU.

“Banyak pengurus NU yang tidak sadar, bahwa, yang dilokomotifi itu NU, (organisasi) yang harus berjalan di atas relnya. Bayangkan kalau kereta api itu berjalan di atas aspal, rusak. Jangankan membawa penumpang di gerbong, membawa dirinya sendiri saja, susah,” tambahnya. (Red/Huda)