Madani-news.com – Ketika membicarakan tentang “bahagia”, maka setiap manusia memiliki pandangan atau persepsi yang amat beragam. Kalimat ini memiliki arti yang sangat luas, dan setiap otak manusia mempunyai hak berfantasi semau-nya meskipun menterjemahkan dengan sangat sederhana.
Setelah lepas dari aktifitas belajar secara formal (dunia pendidikan). Ternyata bermodalkan ijazah belum bisa mengcover seutuhnya kesiapan diri untuk bercengkrama langsung dengan masyarakat luas. Intinya untuk menutupi kekurangan itu ternyata harus banyak belajar dan menimba ilmu dari setiap orang yang kita jumpai, khususnya dari pengalaman sampai kehidupan yang di alami. Mulai dari orang yang berumur lebih tua, teman sejawat (seumuran) atau bahkan usia yang lebih muda. Dan bagaiamana proses belajarnya? Jawabnya adalah ngobrol-lah, sebab “setiap obrolan itu adalah pembelajaran yang nyata, walaupun status kita hanya pendengar”. Semakin banyak ngobrol, berarti diri ini sedang menikmati proses pembelajaran yang sesungguhnya. Setelah proses itu terlampaui, lambat laun juga kita akan mengerti apa itu bahagia menurut kita atau ilmu kemasyarakatan lain yang lebih luas?
Kemarin sore tepatnya, secara sadar saya benar-benar bisa merasakan apa itu bahagia? Moment itu saya dapatkan ketika diri ini diberikan kesempatan untuk memfasilitasi program pemerintah yang berjalan. pancaran itu amat nampak di raut wajah yang sumringah seorang nenek lansia, sebut saja namanya mbah saijem. Kehidupan beliau cukup berat menurut saya. Selain usianya yang sudah berumur, dan tenaganya mulai melemah. Beliau menjalankan semua aktivitasnya secara mandiri, mulai dari masak, mencuci dll. Di tambah lagi mbah saijem harus merawat adiknya yang mengalami sakit keterbelakangan dan usianya juga sudah masuk kategori lansia pula.
Rasa syukur kita alamatkan kepada yang maha kuasa, yang mempunyai otoritas penuh atas seluruh bumi dan isinya. Alhamdulillah mbah saijem resmi mendapatkan bantuan secara berkala dari program pemerintah. Paling tidak sedikit banyak bisa membantu kebutuhan hidup bersama saudaranya.
Dan terakhir ucapan kalimat positifnya di sampaikan penuh dengan bahasa kesederhanaan, dan penuh dengan harapan yang membawa semangat baru dalam diri ini untuk tau batas. Khususnya soal “mana makanan yang layak dan halal saya makan, dan mana yang hukumnya haram untuk di makan”, ilustrasi sederhana saya.
semoga selalu di beri kesehatan dan kebaikan untuk mbah saijem, dan semua kebaikan yang di lakukan (ngopeni/ngerawat saudaranya yang punya sakit keterbelakangan) di balas kontan oleh allah di kemudian hari.
Penulis : Muhammad Hanifudin (Pendamping Sosial PKH)