Madani-News.com – Ada dua inovasi kembali lahir dari KLHK. Pertama Sipongi atau Sistem Informasi Deteksi Dini Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Web.
Inovasi kedua yang lahir adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan(Proper).
Proper lahir oleh kondisi pencemaran lingkungan yang sangat banyak terjadi di Indonesia. Kasus tersebut menurut Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. Tidak mampu diselesaikan dengan proses penegakan hukum pengawasan secara konvensional command and control.
Karena itu, dicari cara bagaimana agar bukan hanya pendekatan antar pemerintah dan industri saja. Namun, bagaimana masyarakat digerakan mengawal pencemaran lingkungan.
“Kita berikan informasi bahwa yang namanya industri ini dia kinerjanya bagus. Yang itu jelek melalui warna supaya gampang dipahami oleh masyarakat. Maka ada warna emas, hijau, biru, merah dan hitam begitu. Maknanya tadi kalau misalnya dia berperingkat merah atau hitam masyarakat melalui mekanisme pasar bisa memboikot,” ujar Karliansyah, Rabu, 3 Juli 2019.
Perbaikan lingkungan
Ia menambah, berdasarkan data sejak tahun 2002 sampai 2018 terjadi kemajuannya luar biasa dalam hal ketaatan. Meningkat dari 56% menjadi 87%, artinya limbah yang dibuang ke sungai, ke udara bisa dikendalikan.
Kemajuan ini menandakan perubahan paradigma dalam efisiensi energi, konservasi air, serta pemanfaatan limbah itu berjalan dengan baik.
“Kalau dihitung dengan uang penghematan biaya operasional itu juga triliunan. Nah, jadi akhirnya perusahaan itu sadar. Ternyata mengelola lingkungan itu bukan membuang uang bukan/cost, tetapi justru mengurangi biaya produksi. Bagi masyarakat kalau perusahaan yang beroperasi itu bisa sesuai aturan, maka air yang ada di alam bisa dinikmati, udaranya bersih, lingkungannya sehat. Jadi, ini yang bisa dinikmati oleh masyarakat,” jelas Karliansyah.
Pada tahun 2018, capaian kontribusi perbaikan lingkungan dari inovasi perusahaan peserta Proper cukup menggembirakan. Jika dihitung dari upaya perbaikan lingkungan tersebut dihitung penghematan biaya sebesar Rp.287,33 triliun.
Proper juga turut berkontribusi mendorong dunia usaha dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Dari 437 industri telah diidentifikasi sebanyak 8.474 kegiatan yang menjawab tujuan 17 SDGs dengan total nilai uang Rp. 38,9 triliun.
Proper juga telah mengadopsi perubahan paradigma. Caranya dengan mengembangkan kriteria yang mengukur kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan.
Konsep Life Cycle Assessment
Pengelolaan yang dimaksud, yakni dalam penerapan sistem manajemen lingkungan, efisiensi energi, penurunan emisi, pemanfaatan limbah B3 dan Non B3, efisiensi air, penurunan beban pencemaran air, keanekaragaman hayati, dan pemberdayaan masyarakat.
Proper juga melakukan inovasi dan perbaikan menerus secara internal. Salah satunya adalah aplikasi Simpel.
Sistem ini memudahkan perusahaan dalam membuat pelaporan, mengurangi biaya cetak dan antar laporan. Kemudian, untuk mengurangi dampak ke lingkungan dan memastikan upaya perbaikan yang perlu dilakukan.
Proper menerapkan konsep Life Cycle Assessment (LCA). Melalui LCA perusahaan wajib menghitung dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi, sampai produk tersebut ditingkat konsumen. Bahkan pada saat produk tersebut harus dibuang ke lingkungan.
Proper telah berjalan dan diterima dengan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di berbagai daerah Proper diadopsi dengan nama Properda.
Di tingkat nasional, Proper digunakan oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk menilai risiko pemberian kredit perbankan. Pada tingkat dunia, China, India, dan Ghana mengadopsi Proper sebagai instrumen pelaksanaan penaatan. World Bank pada tahun 2011 dalam terbitan Research Working Paper World Bank menyatakan Proper merupakan pionir di Asia.
Sumber : Klik Hijau