BMT Berpancasila?

Madani-News.com – Baitul Maal wat Tamwil (BMT) perlu mendapat dukungan ummat. Betapa tidak, di Lampung ini pertumbuhan BMT sangat menjanjikan dan menopang ekonomi mikro. Entitas Muslim ditopang dengan semangat PTKIN membuka jurusan ekonomi syariah seperti tutup ketemu botol. Di Lampung sendiri, warga Muhammadiyah diakui paling semangat berjuang membangun embrio BMT ini. Selanjutnya disusul warga NU juga banyak berjuang mengembangkan BMT.

Saya melihat banyak ulama dan akademisi ikut mengritik BMT yang tumbang. Saya kira kritik penting, tapi membantu dalam merumuskan solusi juga tidak kalah penting. Sebut saja BMT L Risma yang pernah berjaya tapi tanpa kontrol dari ummat. Bank Syariah juga kecolongan memberikan pembiayaan ke lembaga keuangan mikro syariah berbadan koperasi ini. Bahkan ada salah satu Bank Syariah harus menyita bangunan untuk mengembalikan modal. Apakah BMT akan tumbang semua? Jawaban ini tentu akan sesuai dengan laku jamaah kita dalam berekonomi.

Proses pembiayaan yang mudah dan cepat tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus BMT, dan sekaligus memastikan bahwa uang akan kembali. Produk yang selalu dikritik belum menjalankan akad syariah harus didengar oleh pengurus sebagai bentuk kepatuhan syariah. Hal yang mendasar sebenarnya ada pada mudharabah yang mengalamai quo vadis. BMT cenderung pragmatis dengan akad murabahah dan malas untuk membangun relasi mudharabah. Kenapa demikian, mudharabah memerlukan pendampingan yang optimal dan itu sama saja dengan jalan pemberdayaan yang terjal.

Pertama, dalih ummat yang belum siap. Kedua, perhitungan yang rumit dalam proses bagi hasil. Ketiga, mekanisme usaha yang dianggap tidak semua menjanjikan. Lebaran ini saya coba whatsapp beberapa pengurus BMT, memastikan apakah BMT masih jalan atau tidak. Alhamdulillah mereka mengatakan jalan, dan mohon doa atas ujian likuiditas untuk menghadapi lebaran ini.

Peringatan hari lahir pancasila 1 Juni ini kita perlu menengok kembali pancasila juga sebagai pandangan ekonomi. Bung Hatta mengatakan,”demokrasi politik tidak akan berjalan tanpa demokrasi ekonomi.” Makna terdalam dari banyaknya BMT yang mengalami kerugian dan tutup tentu melanggar dua sebab sekaligus. Pertama melanggar nilai-nilai syariah. Kedua, melanggar nilai koperasi (Pansasila dalam pandangan ekonomi Bung Hatta) yang menjadi landasan hukum berdirinya BMT.

Koperasi menganut prinsip dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. BMT semakin besar, belum sanggup menjalankan peran membangun pemberdayaan ekonomi bagi anggotanya. Rapat Akhir Tahun (RAT) terlihat makin ritual dan kurang mendapat respon dari para anggota. Anggota juga tidak memahami, tidak dididik, tidak diberdayakan, tidak dilatih, dan nihil memahami bagaimana koperasi dijalankan.

Harapan besar, pembenahan BMT ada pada upaya pemberdayaan. Modal BMT harus masuk ke aspek mudharabah. Saya mengapresiasi kawan Adhari Pray di Lampung Selatan yang menjalankan BMT sekaligus membentuk usaha minimarket. Meskipun kecil dan tertatih-tatih, BMT sudah mulai menjalankan bisnis rill, bukan tergantung pada meminjamkan uang (istilah pahit untuk menyamakan dengan lembaga keuangan umumnya).

Di Pasar Yosomulyo Pelangi kami juga mencoba hal baru, berkolaborasi dengan Bmt Adzkiya Khidmatul Ummah dipimpin oleh kawan Saiful Anwar. BMT memberi kami plang Pasar dari besi, dan pedagang menabung di BMT Adzkiya. Alhamdulillah ada 8 juta uang masuk perbulan ke BMT tabungan warga dalam satu bulan. Ini penting untuk menjaga arus kas keuangan. Akan lebih cantik lagi, kalau usaha produktif yang positif menghasilkan, mulai dikonsep dalam akad mudharabah oleh semua lembaga keuangan mikro syariah di Lampung. Tentu dengan pengawasan yang ketat dan diketahui oleh anggota.

Dihari lahir Pancasila ini apakah kaum intelektual sanggup menanamkan nilai-nilai pancasila dalam bingkai ekonomi keummatan? Apakah pancasila relevan untuk dihayati, dibaca dan ditafsirkan dalam kehidupan kita semua? Apakah pancasila hanya akan dijadikan ideologi tameng dan stigma menyerang, atas konflik (agraria, agama, ras, pilihan politik) pemerintah dan warganya? Apakah BMT yang sudah 20 tahun lebih berdiri ini, mau menengok kembali Pancasila? Jika abai, berapa lagi pengelola BMT yang akan dibui?

Penulis : Dharma Setyawan (Penggerak Pasar Yosomulyo Pelangi)